Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang membuat dua hal pokok iaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina dan mengatur, menuntut dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Namun ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
Antara-antara ciri-ciri kepemimpinan adalah berikut:
1.Teori Great Man
Anda mungkin pernah mendengar bahwa ada orang-orang tertentu yang memang "dilahirkan untuk memimpin".
Menurut teori ini, seorang pemimpin besar dilahirkan dengan karakteristik tertentu seperti karisma, keyakinan, kecerdasan dan keterampilan sosial yang membuatnya terlahir sebagai pemimpin alami.
Teori great man mengasumsikan bahwa kapasitas untuk memimpin adalah sesuatu yang melekat,
pemimpin besar dilahirkan bukan dibuat. Teori ini menggambarkan seorang pemimpin yang heroik dan
ditakdirkan untuk menjadi pemimpin karena kondisi sudah membutuhkannya.
2. Teori Sifat
Teori sifat berasumsi bahwa orang mewarisi sifat dan
ciri-ciri tertentu yang membuat mereka lebih cocok untuk menjadi pemimpin. Teori sifat mengidentifikasi kepribadian tertentu atau karakteristik perilaku yang sama pada umumnya pemimpin. Sebagai contoh, ciri-ciri seperti
ekstraversi,kepercayaan diri dan keberanian, semuanya adalah sifat potensial
yang bisa dilakukan dengan pemimpin besar. Jika ciri-ciri khusus adalah fitur
kunci dari kepemimpinan, maka bagaimana menjelaskan orang-orang yang memiliki kualitas-kualitas tetap bukan pemimpin? Pertanyaan ini adalah salah satu kesulitan dalam menggunakan teori sifat untuk menjelaskan kepemimpinan.Ada
banyak orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian yang terkait dengan kepimpinan namun tidak pernah mencari posisi kepemimpinan.Teori ini bertolak
dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu.
Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa
untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan
oleh kemampuan pribadi pemimpin.Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah
kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian
(1994:75-76) adalah:- pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang
kuat, rasionalitas, objektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan;- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi
yang tinggi, naluri relevansi,keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang
antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas
integratif;- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik,
menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting,
keterampilan mendidik,dan berkomunikasi secara efektif.Walaupun teori sifat
memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif,
tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan aktivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
3. Teori kontingensi
Teori kontingensi fokus pada variabel yang berkaitan
dengan lingkungan yang mungkin menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling
cocok. Menurut Teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala
situasi. Kesuksesan tergantung pada sejumlah variabel,
termasuk gaya kepemimpinan,kualitas para pengikut dan aspek situasi.
4. Teori Situasional
Teori Situasional mengusulkan bahwa pemimpin
memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional. Gaya kepemimpinan
yang berbeda mungkinlebih tepat untuk jenis tertentu dalam pengambilan
keputusan tertentu.Misalnya, seorang pemimpin berada dalam kelompok yang anggotanya berpengetahuan
dan berpengalaman, gaya otoriter mungkin paling tepat. Dalam kasus lain di mana
anggota kelompok adalah ahli yang terampil, gaya demokratis akan lebih
efektif. Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi denganmemperhitungkan faktor waktu dan
ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129)adalah* Jenis pekerjaan dan
kompleksitas tugas;* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;* Persepsi,
sikap dan gaya kepemimpinan;* Norma yang dianut kelompok;* Rentang kendali;*
Ancaman dari luar organisasi;* Tingkat stress;* Iklim yang terdapat dalam
organisasi.Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan
"membaca"situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya
agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut.
Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri
kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan
haltersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu
selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan
dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus di selenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil
keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku
yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya
demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang
menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku
memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model " Interaksi Atasan-Bawahan"
:Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan
seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya
dan sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang
bersangkutan.Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:*
Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;* Tugas yang harus dikerjakan
bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;* Posisi kewenangan pemimpin
tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan
seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
menghadapi situasitertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi
kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang
berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan
dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah
*
Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan
pendelegasian.
d. Model " Jalan- Tujuan "
Seorang pemimpin yang efektif menurut model
ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh
bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan
tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya.
Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor
motivasional bagi bawahannya.
e. Model "Pimpinan-Peran serta Bawahan"
:Perhatian utama model ini adalah perilaku
pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin
perlu disesuaikan dengan strukturtugas yang harus diselesaikan oleh
bawahannya.Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya
serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk
dantingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan
tingkat peran serta bawahan tersebut "dikatakan" oleh situasi
yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses
pengambilan keputusan.
5. Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan didasarkan pada
keyakinan bahwa pemimpin besar dibuat bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan
ini berfokus pada tindakan para pemimpin bukan pada kualitas mental.
Menurut teori ini, orang dapat belajar untuk menjadi pemimpin melalui
pengajaran dan observasi.Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorangindividu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai
deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan,menerima
usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat
dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih
mementingkan tugas organisasi.
b. berorientasi kepada bawahan dan
produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada
bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan,
perhatian pribadi pemimpin di pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima
perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku
pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan
pada segi teknis pekerjaan, pengurusan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi
kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat
diukur melalui dua dimensi yaitu perhatian terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.Kecenderungan perilaku
pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)6.
6. Teori Partisipatif
Teori kepemimpinan partisipatif menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan yang ideal adalah mengambil masukan dari orang lain. Para
pemimpin mendorong partisipasi dan kontribusi dari anggota kelompok
dan membantu anggota kelompok merasa lebih berkomitmen terhadap proses
pengambilan keputusan.Dalam teori partisipatif, bagaimanapun, pemimpin berhak
untuk memungkinkanmasukan pendapat dari orang lain.
7. Teori Manajemen
Teori manajemen juga dikenal sebagai teori
transaksional, fokus pada peran pengawasan kinerja, organisasi dan
kelompok. Teori ini berdasarkan pada sistem imbalan dan hukuman. Teori manajemen
sering digunakan dalam bisnis,ketika karyawan berhasil mereka dihargai,
ketika mereka gagal mereka ditegur atau dihukum.
8. Teori Hubungan
Teori hubungan juga dikenal sebagai teori
transformasi, fokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikut.
Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi dengan membantu anggota
kelompok melihat penting dan baiknya suatu tugas. Pemimpin fokus pada
kinerja anggota kelompok dan juga ingin setiap orang untuk memaksimalkan
potensinya.Pemimpin dengan gaya ini sering memiliki standar etika dan
moral yang tinggi.




