Monday, 30 November 2015

Ciri-ciri Teori Kepemimpinan Terhadap Usahawan

Apakah Teori Kepemimpinan?
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang membuat dua hal pokok iaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina dan mengatur, menuntut dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Namun ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).


Antara-antara ciri-ciri kepemimpinan adalah berikut: 
1.Teori Great Man 
Anda mungkin pernah mendengar bahwa ada orang-orang tertentu yang memang "dilahirkan untuk memimpin". 
Menurut teori ini, seorang pemimpin besar dilahirkan dengan karakteristik tertentu seperti karisma, keyakinan, kecerdasan dan keterampilan sosial yang membuatnya terlahir sebagai pemimpin alami. 
Teori great man mengasumsikan bahwa kapasitas untuk memimpin adalah sesuatu yang melekat, 
pemimpin besar dilahirkan bukan dibuat. Teori ini menggambarkan seorang pemimpin yang heroik dan
 ditakdirkan untuk menjadi pemimpin karena kondisi sudah membutuhkannya.


2. Teori Sifat

Teori sifat berasumsi bahwa orang mewarisi sifat dan ciri-ciri tertentu yang membuat mereka lebih cocok untuk menjadi pemimpin. Teori sifat mengidentifikasi kepribadian tertentu atau karakteristik perilaku yang sama pada umumnya pemimpin. Sebagai contoh, ciri-ciri seperti ekstraversi,kepercayaan diri dan keberanian, semuanya adalah sifat potensial yang bisa dilakukan dengan pemimpin besar. Jika ciri-ciri khusus adalah fitur kunci dari kepemimpinan, maka bagaimana menjelaskan orang-orang yang memiliki kualitas-kualitas tetap bukan pemimpin? Pertanyaan ini adalah salah satu kesulitan dalam menggunakan teori sifat untuk menjelaskan kepemimpinan.Ada banyak orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian yang terkait dengan kepimpinan namun tidak pernah mencari posisi kepemimpinan.Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu.

Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin.Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:- pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, objektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik,dan berkomunikasi secara efektif.Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan aktivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

3. Teori kontingensi
Teori kontingensi fokus pada variabel yang berkaitan dengan lingkungan yang mungkin menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling cocok. Menurut Teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi. Kesuksesan tergantung pada sejumlah variabel, termasuk gaya kepemimpinan,kualitas para pengikut dan aspek situasi.

4. Teori Situasional
Teori Situasional mengusulkan bahwa pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional. Gaya kepemimpinan yang berbeda mungkinlebih tepat untuk jenis tertentu dalam pengambilan keputusan tertentu.Misalnya, seorang pemimpin berada dalam kelompok yang anggotanya berpengetahuan dan berpengalaman, gaya otoriter mungkin paling tepat. Dalam kasus lain di mana anggota kelompok adalah ahli yang terampil, gaya demokratis akan lebih efektif. Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi denganmemperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129)adalah* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;* Norma yang dianut kelompok;* Rentang kendali;* Ancaman dari luar organisasi;* Tingkat stress;* Iklim yang terdapat dalam organisasi.Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca"situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan haltersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:

a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik 
 Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus di selenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.

b. Model " Interaksi Atasan-Bawahan" 
 :Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:* Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

c. Model Situasional 
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasitertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.

d. Model " Jalan- Tujuan " 
 Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.

e. Model "Pimpinan-Peran serta Bawahan" 
 :Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan strukturtugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dantingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut "dikatakan" oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.

5. Teori Perilaku
 Teori perilaku kepemimpinan didasarkan pada keyakinan bahwa pemimpin besar dibuat bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan para pemimpin bukan pada kualitas mental. Menurut teori ini, orang dapat belajar untuk menjadi pemimpin melalui pengajaran dan observasi.Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorangindividu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

a. konsiderasi dan struktur inisiasi
 Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan,menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.

b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
 perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin di pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengurusan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat

diukur melalui dua dimensi yaitu perhatian terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)6.

6. Teori Partisipatif
Teori kepemimpinan partisipatif menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal adalah mengambil masukan dari orang lain. Para pemimpin mendorong partisipasi dan kontribusi dari anggota kelompok dan membantu anggota kelompok merasa lebih berkomitmen terhadap proses pengambilan keputusan.Dalam teori partisipatif, bagaimanapun, pemimpin berhak untuk memungkinkanmasukan pendapat dari orang lain.

7. Teori Manajemen
Teori manajemen juga dikenal sebagai teori transaksional, fokus pada peran pengawasan kinerja, organisasi dan kelompok. Teori ini berdasarkan pada sistem imbalan dan hukuman. Teori manajemen sering digunakan dalam bisnis,ketika karyawan berhasil mereka dihargai, ketika mereka gagal mereka ditegur atau dihukum.

8. Teori Hubungan
 Teori hubungan juga dikenal sebagai teori transformasi, fokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi dengan membantu anggota kelompok melihat penting dan baiknya suatu tugas. Pemimpin fokus pada kinerja anggota kelompok dan juga ingin setiap orang untuk memaksimalkan potensinya.Pemimpin dengan gaya ini sering memiliki standar etika dan moral yang tinggi.

Tuesday, 17 November 2015

Sejarah Pocari Sweat


Pocari Sweat adalah satu produk yang amat populer di Jepun dan Indonesia. Sekarang marilah kita megetahui tentang sejarah-sejarah Pocari Sweat!


Di Pabrik Otsuka Pharmaceutical yang terletak di Tokushima Jepun, Masahito Otsuka (Presiden Direktur Otsuka Pharmaceutical ke-2) telah menciptakan beberapa produk terkenal seperti obat oles Oronine H atau minuman Oronamin C, sehingga perusahaan menjadi sangat maju.
Pada tahun 1973, Akihiko Otsuka (35th,anak dari Masahito Otsuka) yang pada saat itu menjabat sebagai kepala pabrik Tokushima juga berkeinginan untuk menciptakan produk yang dapat menjadi pilar perusahaan seperti yang telah dilakukan ayahnya.
Suatu hari, Rokuro Harima (44th, Penanggung jawab pengembangan minuman) dengan membawa cairan infus produksi Otsuka Pharmaceutical, menghadap Akihiko dan mengusulkan agar cairan infus yang dibawanya itu dijadikan minuman. Akihiko terheran sejenak. Lalu Harima menceritakan kisahnya mengapa dia mengusulkan agar cairan infus dijadikan minuman.
“Harima mengunjungi Mexico untuk survei buah – buahan tropis dalam rangka pengembangan minuman terbaru. Tetapi Harima mengalami diare parah, karena situasi pengadaan air bersih setempat cukup buruk. Dia terpaksa di obname di sebuah rumah sakit kecil yang fasilitasnya terbatas. Kalau saja ada fasilitas infus di rumah sakit itu, masalahnya sudah selesai. Harima yang berpikiran seperti itu, tiba – tiba teringat kembali sebuah peristiwa. Harima pernah melihat seorang dokter meminum cairan infus untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang setelah operasi berjam – jam. Kemudian Harima berpikiran bahwa Otsuka Pharmaceutical bisa mengembangkan cairan infus yang di produksi oleh Otsuka Pharmaceutical agar dapat diminum.
Setelah Harima menceritakan kisahnya tersebut, Akihiko berpendapat bahwa saat itu belum merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan produk seperti yang diceritakan Harima.
Tiga tahun kemudian (1976), Akihiko menjadi Presiden Direktur Otsuka Pharmaceutical yang ke-3 pada usia 38 tahun. Suatu hari Harima mendatangi Akihiko dengan membawa seorang staf. Staf itu adalah Akihisa Takaichi (33th, Seorang peneliti muda). Akihiko memanggil mereka berdua agar Harima & Takaichi mengembangkan cairan infus yang pernah Harima ceritakan. Akihiko berkeinginan untuk menciptakan minuman kesehatan yang komposisinya sama dengan keringat sehingga menambah elektrolit. Lalu konsep rasapun disampaikan secara jelas, agar saat diminum enak di tenggorokan.
Setelah selesai menghadap Akihiko, Harima menyerahkan semua tugas pengembangan minuman kesehatan tersebut kepada Takaichi agar dapat membina peneliti muda tersebut agar dapat memikul masa depan perusahaan.
Kemudian untuk memahami keringat itu apa, Takaichi pergi ke sebuah sauna dan berjalan – jalan disekitar perusahaan untuk mengambil sampel keringat. Takaichi mengadakan analisa tentang komposisi kedua sampel keringat tersebut. Takaichi ingin memeriksa konsentrasi Ion Natrium (kadar garam) yang menjadi sebab asinnya keringat. Hasilnya, nilai konsentrasi kadar garam sampel keringat di sauna jauh lebih tinggi dibandingkan nilai konsentrasi keringat saat berjalan – jalan. Sedangkan minuman yang ingin diciptakan adalah  minuman untuk menambah kadar air tubuh dalam kehidupan sehari – hari. Oleh karena itu, Takaichi mengambil patokan pada keringat konsentrasi dengan konsentrasi kadar garam yang rendah.
Takaichi langsung membuat minuman uji coba, dengan persis mengikuti komposisi keringat saat berjalan – jalan. Minuman itu lalu dibawa ke Harima untuk dicicipi. Tetapi Harima beranggapan bahwa minuman yang dibuat Takaichi tersebut pahit dan sangat sulit untuk ditelan. Sebagai ahli rasa, Harima bisa bisa mentukan diterima atau tidaknya produk oleh konsumen walaupun hanya secicipan.
Dari pagi hingga malam, masalah penelitian tak pernah terlepas dari pikiran Takaichi. Pada hari libur pun, Takaichi melakukan penelitian. Dan akhirnya terlintas ide dengan menambah zat pemanis alami untuk menghilangkan rasa pahitnya. Harimapun mencicipi minuman tersebut, dan mengatakan bahwa rasanya masih terlalu manis dan keseimbangan rasanya tidak tepat. Kadar gulanyapun harus dibawah 10%. Takaichipun kembali melakukan penelitian. Dalam penelitiannya, Takaichi mengalami maju mundur.
Hampir 3 tahun berlalu, sejak pengembangan minuman dimulai (bulan Mei 1979), Harima & Takaichi mendatangi Akihiko. Akihiko melakukan uji coba dalam merasakan minuman yang dibuat Takaichi. Akihiko juga berpendapat bahwa minuman tersebut masih terasa pahit. Saat itu juga, seorang karyawan masuk ke ruangan Akihiko. Dia ingin Akihiko menguji minuman serbuk instan rasa jeruk yang sedang dikembangkannya. Akihiko berpendapat bahwa minuman tersebut masih jauh dari sempurna.
Lalu kemudian, Akihiko, melakukan uji coba dengan mencampurkan kedua minuman tersebut menjadi satu. Dan Akihiko mengatakan bahwa minuman yang seperti itulah yang enak untuk diminum. Berkat apa yang dilakukan Akihiko, pengembangan minuman kesehatan maju satu langkah.
Suatu malam, Takaichi membeli beberapa jenis jeruk dan mencampurnya dengan minuman kesehatan, lalu dicoba diminum. Dan akhirnya, Takaichi mendapatkan rasa yang pas dengan salah satu jenis jeruk untuk menutupi rasa pahit. Jenis buah tersebut merupakan rahasia perusahaan Otsuka Pharmaceutical sampai sekarang.
Takaichi semakin mendalami penelitiannya, hingga akhirnya berhasil membuat minuman dengan konsentrasi kadar gula dibawah 10%. Takaichi menyeleksi 2 jenis minuman untuk uji coba pada tahap akhir, masing – masing 6.2% dan 7.0%. Untuk memperoleh tanggapan yang obyektif, Harima menyuruh peneliti – peneliti lain untuk ikut mencobanya. Beberapa dari peneliti – peneliti tersebut beranggapan bahwa yang kadar gula 7% lebih enak untuk diminum.  Para peneliti menyukai yang manis secara mutlak. Namun Harima, punya suatu ide.
Beberapa hari kemudian, setelah uji coba di laboratorium, Harima mengajak peneliti bawahannya untuk mendaki gunung dalam kota Tokushima. Setibanya di puncak gunung, Harima menyuruh para peneliti untuk mencoba dua jenis minuman A (kadar gula 7%) & B (kadar gula 6.2%). Sebenarnya minuman ini sama dengan minuman yang dicoba di laboratorium beberapa waktu yang lalu. Para peneliti lebih menyukai minuman B. Saat berkeringat yang kadar gulanya lebih sedikit terasa lebih segar dan lebih enak. Dan karena ini minuman kesehatan, maka harus terasa enak diminum saat beraktivitas. Maka, Harima pun membawa minuman dengan kadar gula 6.2% tersebut untuk dicicipi Akihiko. Dan Akihikopun sependapat dengan Harima.
Lalu, suatu hari pada pertemuan rapat Direksi Otsuka Pharmaceutical, Akihiko menyuruh direktur yang hadir untuk mencoba minuman kesehatan yang dikembangkan bertiga bersama Harima dan Takaichi. Namun, direktur senior yang mempertahankan Otsuka Pharmaceutical, dalam rentang waktu yang panjang, memberi tanggapan negatif terhadap rasa minuman itu. Rapat direksipun menjadi ricuh. Lalu kemudian, Akihiko menyuruh para direktur untuk meminumnya setelah berkeringat agar mereka tahu hebatnya produk ini.
Yakin pada kepekaan dirinyadan Harima, Akihiko kemudian memutuskan untuk menjual minuman tersebut.Produknya diberi nama Pocari Sweat. Kata Pocari yang memiliki kesan menyegarkan, dan kata Sweat yang memiliki arti keringat.
Pada bulan April 1980, penjualan Pocari Sweat dimulai. Karyawan marketing dan karyawan lainya mengunjungi toko – toko pengecer agar dipajang dilebih banyak tempat, walaupun masing – masing hanya 1 kaleng. Namun para pemilik toko menaggapi negatif Pocari Sweat karena rasanya yang tidak enak. Untuk mencoba menawarkan secara langsung kepada konsumen, dibukalah kios diberbagai event dan menjualnya dengan harga Rp. 10.000,00. Tetapi reaksi konsumen yang meminum Pocari Sweat sangat buruk sesuai yang dicemaskan direksi.
Saat itu, Presiden Direktur Akihiko mengeluarkan keputusan yang mengagetkan. Yaitu membagikan Pocari Sweat secara gratis dan tidak terbatas. Para staf marketingpun mengkhawatirkan angka kerugian yang bakal didapat perusahaan. Namun, Akihiko tetap pada keyakinannya, yaitu jangan memikirkan kerugiannya untuk saat ini dan mensosialisasikan konsep produk secara tepat daripada menjual produknya. Dengan demikian, nantinya konsumen akan mengerti keunggulan Pocari Sweat.
Pembagian Pocari Sweat secara gratis dan besar – besaranpun dimulai di seluruh Jepang. Tanaka (Kepala Tim Marketing) menuju ke lapangan baseball anak-anak dan membagikan gratis Pocari Swaet. Reaksi anak – anakpun positif. Tidak hanya membagikan secara gratis, namun Tanaka juga menjelaskan secara detail konsep Pocari Sweat. Staf Marketing lainya, juga memberikan Pocari Swaet pada orang yang baru selesai mandi dan orang – orang yang berkeringat saat berjalan. Reaksi merekapun mulai menyukai Pocari Sweat. Saat itu juga, sedikit demi sedikit, Pocari Sweat mulai populer.
Namun, kerugian pada perusahaan terus meningkat karena pembagian gratis Pocari Sweat tersebut. Dengn keyakinannya yang kuat agar di masa depan perusahaanya memperoleh untung, dia tetap ingin membagikan gratis Pocari Sweat sepanjang tahun tersebut. Akihiko berprinsip, “Kalau sekarang menebarkan benihnya, pasti akan berbuah banyak dikemudian hari”.
Satu tahun kemudian, pada tahun 1981, musim panas hampir tiba. Pada musim panas tahun kedua penjualan, tiba – tiba Pocari Sweat mulai laris secara drastis. Denagn cara memberikan produk secara gratis, konsep dan rasa Pocari Sweat telah dimengerti oleh para konsumen. Dan hasilnya, berbuah pada musim panas tahun kedua. Penjualan Pocari Sweat melonjak tiga kali ganda dari tahun sebelumnya,yaitu mencapai Rp. 2.6 triliun.
Keyakinan Presiden Direktur Akihiko akhirnya berbuah.

Kalau minat tentang produk Pocari Sweat, boleh melayari link yang berikut:
Dari sejarah Pocari Sweat, saya mendapati bahawa mencipta sesuatu produk yang baru dan bermanfaat bagi pelanggan adalah amat rumis sebab pelbagai masalah yang dari pelbagai segi perlu ditimbang sebelum melakukan sebarang keputusan. 
Akihiko Otsuka iaitu presiden direktur Otsuka Pharmacetical dan beliau mempunyai keyakinan diri yang tinggi kerana telah membuat keputusan untuk menjual pocari sweat walaupun pada mulanya produk tersebut tidak mendapat sambutan dari orang ramai. Dalam pekara ini , beliau boleh dikatakan adalah seorang presiden yang berani menghdapi risiko.
Mr. Akihisa Takaichi adalah seorang peneliti yang muda untuk produk Pocari Sweat. Dia telah memiliki nilai daya usaha yang kuat kerana dalam proses menghasilkan minuman kesihatan dia telah membuat penyelidikan walaupun dia telah gagal banyak kali. Setiap hari, dia sentiasa berfikir bagaimana menghasilkan minuman ringan yang lebih baik. Dia juga ialah seorang pemuda yang tidak mudah berputus asa. Pada mulanya, pocari sweat tidak mendapat sambutan yang baik dalam kalangan masyarakat. Dia telah menjalankan pencubaan banyak kali.
Oleh itu, saya juga mendapati bahawa sikap seseorang usahawan akan menentukan kerjayaannya.